Saturday, July 4, 2009

Ketulusan Si Nyentrik Berbalas Cepek


Jika melintasi pertigaan jalan Kutisari Selatan Surabaya di sore hari, kita akan bertemu dengan sosok seorang polisi cepek pengatur lalu lintas yang berpakaian serta berdandan unik bin nyenrtrik. Sambil mengibarkan bendera merah di tangannya, Ia seakan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar yang melintasi pertigaan tersebut.

Adalah Sutrisno, seorang polisi cepek yang berbeda dengan polisi cepek lainnya. Tidak hanya sekedar mengatur lalu lalang kendaraan, tetapi juga menjadi sarana “hiburan” bagi siapa saja yang melintas di pertigaan tersebut. Setiap harinya ia selalu mengenakan kostum yang berbeda-beda, bahkan kostum tersebut terkadang disesuaikan dengan tema-tema tertentu. Misalnya, mengenakan kostum tentara pada saat Agustusan, kostum sinterklas di saat Hari Raya Natal, hingga baju khas jenderal ketika almarhum mantan Presiden Soeharto meninggal dunia.

Berawal ketika melihat pertengkaran antar pengendara mobil yang saling tidak mau mengalah di pertigaan tersebut, Sutrisno akhirnya berinisiatif untuk mengatur pertigaan dengan kostum serta dandanan unik. ” Semoga dengan saya berdandan aneh-aneh seperti ini dapat menghibur para pelintas jalan yang sering emosi ketika berkendara. Dengan begitu, tidak akan lagi terjadi pertengkaran seperti yang pernah saya jumpai beberapa tahun lalu.” ungkap lelaki yang akrab dipanggil Sutris ini.

Sutris yang sehari-harinya juga mengumpulkan barang - barang bekas dengan becaknya, mengakui bahwa sejumlah seratus kostum lebih yang ia miliki diperolehnya dari pemberian orang, sisa-sisa kain perca tukang jahit, hingga memungut potongan barang bekas dan sampah.

Tidak ada niatan sedikitkun dalam benaknya untuk memperoleh keuntungan sebagai polisi cepekan. Niat lelaki asal Banyuwangi ini tulus untuk mengatur sambil menghibur para pelintas jalan. Namun sangat disayangkan niat baik Sutrisno bagai gayung tak bersambut. Tidak sedikit yang mengiranya orang tidak waras. Bahkan, anak-anak kecil sekitar pada awalnya takut pada Sutrisno karena dikira orang gila. ”Banyak orang yang tertawa sampai heran jika melihat saya. Namun kini hal tersebut sudahlah biasa bagi saya. La wong niat saya menghibur kok!” tukas Sutris sambil tertawa jenaka.

Setiap hari Sutrisno bekerja dari pukul satu siang hingga duabelas malam. pengabdiannya sebagai polisi cepek sukarela, Ia hanya mendapatkan sekitar Rp 70.000,- per hari. Namun jika sedang ramai, pendapatannya bisa mencapai Rp.150.000,-.(zaq)

No comments:

Post a Comment