Saturday, July 4, 2009

Dampak Libur Pemilu 2009 pada Terminal dalam Kota, Bratang

SEPI PENUMPANG, SETORAN MENURUN

Libur Pileg yang diikuti long weekend membuat penjuru kota Surabaya terlihat renggang. Lalu lintas angkutan umum nampak padat di perbatasan kota namun sepi di kawasan kota. Begitu juga yang terjadi di terminal Bratang sebagai terminal dalam kota.

Pemandangan yang sangat jarang di ditemukan di Surabaya. Jalan – jalan di pelosok kota pahlawan ini mendadak sepi. Tiada kemacetan, ataupun padatnya lalu lintas. Jumlah kendaraan seakan menurun. Begitu juga dengan angkutan umum yang berlalu-lalang setiap hari nampak lebih sedikit dari biasanya.

Situasi seperti ini ternyata juga ditemukan di terminal Bratang. Terminal dalam kota yang notabene selalu padat, Kamis (9/4) lalu terlihat luang. Sedikit sekali orang berlalu lalang. Armada angkutan umum pun hanya beberapa yang beroperasi. Mulai dari bemo, bus kota, hingga becak. Penumpangnya juga tidak lebih dari separuh untuk bus kota dan bemo. Belum mencapai separuh mereka harus segera meninggalkan terminal. Padahal di hari-hari biasanya, untuk satu unit bemo baru dapat berangkat dari terminal jika penumpangnya sudah penuh.

“Orang-orang sudah banyak yang ke luar kota. Mereka pada nyontreng di daerahnya masing-masing sambil pulang kampung memanfaatkan libur panjang.” ungkap Kemal Nur, supir bemo N yang kala itu sedang stand by di terminal Bratang. Dirinya mengakui akibat libur Pileg yang berlanjut pada Paskah dan akhir pekan, penumpang jadi menurun drastis. Jika pada hari biasa bisa sampai enam kali Pulang-Pergi (PP) dalam sehari, namun untuk siang hari itu ia sudah akan pulang hanya dengan dua kali PP. “Percuma, penumpangnya Cuma 1-2 orang tiap PP” celetuknya.

Lowongnya kondisi kota dan terminal dalam kota seperti Bratang memang tak lepas dari tanggal merah yang berkelanjutan. Pemilu Legislatif kali ini bertepatan dengan sehari sebelum libur Paskah. Dan dilanjutkan dengan akhir pekan sabtu-minggu. Bagi pekerja, pelajar, serta mahasiswa yang libur pasti hal tersebut sudah dinanti-nanti jauh-jauh hari. Namun akan berbeda jika kita menanyakan ini pada mereka-mereka yang tetap bekerja di hari libur. Penghasilan mereka jelas berkurang drastis. Apalagi yang berhubungan dengan pelayanan publik seperti para supir ini.

Nurwahyudi, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal Bratang mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada aturan khusus bagi para supir untuk tetap narik pada tanggal-tanggal merah seperti ini. Pihak terminal tidak ikut campur dalam hal ini. Disini terminal hanya sebagai fasilitator untuk tempat singgah para angkutan umum. “Perihal libur tidaknya si supir tergantung persetujuan dengan si pemilik kendaraan yang dipakai narik. Sebab setoran yang diberikan larinya juga ke pemilik.” ujar Nurwahyudi, yang sudah 3 tahun bekerja di UPT Terminal Bratang.

Tidak hanya para supir. Nasib serupa juga diterima para makelar angkot, pedagang asongan, serta pengamen yang juga mengadu nasib di Terminal Bratang. Minimnya jumlah penumpang memaksa mereka untuk turun setoran. “Sukur-sukur sudah bisa nyetor. Untuk penghasilan sendiri kalo hari-hari libur kita jarang sekali dapat.” ungkap Nina, pengamen cilik yang sehari-harinya mengais rezeki di bus-bus kota.

Fenomena seperti ini jelas berbeda dengan terminal antar kota seperti Purabaya, Bungurasih yang jumlah penumpangnya malah membludak. Masyarakat tentunya berbondong-bondong memanfaatkan libur Pemilu 2009 ini sebagai ajang mudik dadakan di sana. Alternatif jalan darat yang ekonomis serta aman sering menjadi pilihan masyarakat kota Pahlawan.(zaq)

No comments:

Post a Comment